Bantul – // suarativijogja.com // Sejak ditutupnya TPA Piyungan.Bantul, tanggal 15 April lalu , masalah sampah di DIY menjadi problem yang serius. Karena masalah ini tidak dibarengi dan tidak diimbangi dengan langkah langkah yang ada korelasinya dengan sampah . Para jasa pengangkut sampah juga kebingungan karena tidak bisa lagi membuang sampah di TPA Piyungan Bantul. Akibatnya masih ada yang membuang sampah secara liar tanpa peduli efek sampingnya. seperti yang terjadi di jalan Nawungan. Imogiri .Bantul beberapa hari lalu.
Terkait masalah tersebut, Arif Sholikin pemerhati sampah dari KSM Pilah Berkah yang didampingi Yekti Murwani A.Md.K.A ketika dihubungi Suara tv Jogja di kantornya Jum’at ( 17/5 ) mengatakan perlu adanya deteksi atau pengawasan serta edukasi yang tuntas terhadap pemerhati sampah termasuk para jasa angkut. Pemangku kebijakan harus mampu melakukan upaya pengelolaan sampah berskala atau berbasis rumah tangga.
Menurut Arif , hal ini belum tersentuh secara program maupun sistem yang terstruktur. Ia melihat fenomena hari ini dan beberapa kali ia melihat dan mendapatkan temuan temuan dan ia lakukan evaluasi terhadap sampah liar. Untuk itu sangat perlu adanya suatu sistem dan mekanisme pemberdayaan yang berbasis pada masyarakat.
Secara terpisah, wakil ketua FPRB ( Forum Pengurangan Resiko Bencana ) Bantul Amat Yani, S.Pd. menyatakan keprihatinannya terhadap sampah liar di Nawungan, Imogiri.Bantul. Sebab sebelum sampah dikelola secara kolektif, jangan sampai terjadi seperti ini Artinya , sampah sebaiknya dikelola oleh masing masing rumah tangga. Pemerintah harus hadir untuk memberikan pelatihan dan pendampingan berbasis rumah tangga. Baik dari segi pemilahan sampai ke tingkat pemusnahannya. FPRB bisa digandeng sebagai pendamping lingkungan kedepanya, tegasnya.
(Wt )